Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Februari 2022 kembali mengalami surplus senilai Rp 19,7 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, capaian kinerja APBN Februari setara 0,11% terhadap produk domestik bruto (PDB). Posisi APBN Februari berbalik positif dibandingkan periode yang sama 2021 yang defisit Rp 63,3 triliun atau 0,37% PDB.
“Dibandingkan dengan tahun lalu yang defisit Rp63,3 triliun, ini juga pembalikan yang luar biasa,” kata Sri Mulyani di acara konferensi pers APBN.
Adapun surplus APBN Februari tercatat melambat dari Januari 2022 yang mengalami surplus 0,16% terhadap PDB atau senilai Rp 28,9 triliun.
Ia mengatakan, capaian kinerja APBN Februari didukung oleh penerimaan yang tumbuh dan belanja yang cukup bagus. Meski demikian capaian ini dinilainya belum menggambarkan keseluruhan cerita tahun 2022 oleh karena itu ia meminta semua pihak untuk terus mendorong penerimaan dan mengoptimalkan belanja negara.
“(Surplus Februari) ini belum meggambarkan keseluruhan cerita tahun 2022, perjalanan masih cukup panjang dan masih cukup dinamis yang harus kita antisipasi,” tuturnya.
Sri Mulyani mengatakan surplus APBN tersebut terjadi karena pendapatan negara tercatat Rp 302,4 triliun dan belanja negara Rp282,7 triliun. Pada akhir Januari 2022 lalu, APBN juga mengalami surplus Rp28,9 triliun atau 0,16% PDB.
Sri Mulyani menjelaskan, pendapatan negara mengalami pertumbuhan 37,7% secara tahunan, karena pada periode yang sama 2021, penerimaannya baru Rp219, triliun atau tumbuh 0,9%.
Pendapatan negara tersebut, utamanya ditopang penerimaan perpajakan yang mencapai Rp 256,2 triliun atau tumbuh 40,9%.
Angka tersebut terdiri atas penerimaan pajak Rp199,4 triliun serta kepabeanan dan cukai Rp56,7 triliun. Adapun dari sisi penerimaan negara bukan pajak (PNBP), realisasinya Rp46,2 triliun atau naik 22,5% (yoy).
“Kalau kita lihat, pendapatan negara tinggi, gambarkan pemulihan ekonomi yang menggeliat cukup kuat dan accros beberapa sektor dan jenis pajak, penerimaan serta harga komoditas yang melonjak berikan kontribusi. Dua hal ini berikan kontribusi pendapatan negara,” tegasnya.