nusaraya.online – Insiden penyanderaan Pilot Susi Air yang hingga kini telah berlansung selama kurang lebih tiga bulan masih menjadi prioritas pemerintah dalam upaya menyelamatkan melalui sejumlah kebijakan bahkan hingga memakan korban jiwa. Kondisi tersebut juga tentu menjadi pembicaraan publik, baik yang merasa prihatin hingga bersikap frontal dengan mendorong pemerintah agar bersikap tegas memberantas kelompok Egianus Kogoya.
Salah satu pembicaraan publik yang kontroversial muncul dari akun Twitter @Monkey61Share yang mengunggah sebuah video potongan rekaman pernyataan seseorang yang diklaim mewakili masyarakat Papua yang tinggal di Papua Nugini disebut mendukung penuh atas penyanderaan pilot Susi Air. Dalam pernyataan tersebut, disampaikan ucapan terima kasih kepada TPNPB OPM yang telah menahan sang plilot Susi Air. Dirinya menyarankan agar penahanan terus dilakukan hingga pemerintah Indonesia mengakui kemerdekaan Papua Barat. Tidak jelas lokasi dalam video tersebut, namun terlihat bahwa orang yang berbicara mengenakan kaos bermotif bendera bintang kejora serta didampingi oleh sejumlah anak-anak dengan pekikan Papua merdeka di akhir pernyataan. Sebuah konten yang belum diketahui aslinya, apakah benar merupakan sebuah dukungan atau hanya settingan. Pasalnya, akun @Monkey61Share sendiri diketahui merupakan salah satu akun yang kerap menuliskan hingga membagikan konten yang bersifat oposis hingga provokatif terkait dengan permasalahan Papua.
Kemarahan Susi Pudjiastuti Terhadap TPNPB OPM atas Penyanderaan Pilot Susi Air
Pembahasan terhadap insiden penyanderaan tentu tak hanya menjadi pembicaraan publik secara umum. Sebagai pemimpin maskapau Susi Air, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti baru-baru ini mengungkapkan kekesalannya terhadap insiden penyanderaan tersebut yang dirasa telah berlarut-larut. Dalam sebuah pembicaraan dengan tokoh Papua, Pendeta Karel Phil Erari, ia menyatakan bahwa memang dirinya mencari makan di wilayah Papua, namun juga banyak membantu orang Papua. Diketahui bahwa Maskapai yang dipimpinnya dalam sehari bisa memberangkatkan 70 hingga 90 penerbangan ke wilayah gununng-gunung di Papua. Penerbangan tersebut juga membawa bahan makanan, obat-obatan, membantu transportasi, hingga membawa bantuan untuk anak-anak Papua. Dengan nada kesal, ia lantas menanyakan apa kesalahan yang ia lakukan hingga pilot Susi Air disandera. Dirinya juga menyesalkan adanya negosiasi yang sempat direncanakan namun kemudian berubah menjadi kontak senjata yang menimbulkan korban dari pasukan TNI. Anggota TNI yang baru saja ditembaki oleh Kelompok Separatis Papua merupakan bagian dari pasukan yang dipersiapkan untuk mengevakuasi pilot Philips. Mereka prajurit muda dan bukan pasukan tempur namun ditembaki begitu saja. Apakah terpikirkan oleh Egianus Kogoya dan kawan-kawannya bagiaman nasib anak dan istri dari para korban tersebut.
Diakhir pembicaraan, ia meminta kepada pimpinan gereja di pedalaman agar bertindak, bahkan terjun langsung untuk berbicara dengan Egianus Kogoya agar bebaskan pilot Philips. Pihaknya lantas menegaskan telah menyusun rencana untuk bertemu dengan perwakilan dari Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua. Sebuah strategi juga sedang diatur agar terjadi pertemuan antara pendeta dengan anak-anak warga jemaat yang saat ini memegang senjata. Sementara itu Pendeta Karela Phil Erari, mengatakan bakal segera ke Jakarta untuk berbicara dengan pemerintah dan berharap ada tindak lanjut lebih lagi perihal pembebasan Kapten Philips dari KST Papua pimpinan Egianus Kogoya. Ia akan meminta mengeluarkan perpres untuk memastikan bahwa kapten philip harus segera dibebaskan dan harus ada tindakan terhadap para penyandera.
Kapolda Papua Ungkap Pejabat yang Danai Kelompok Separatis
Menjadi sebuah hal yang perlu diperhatikan secara seksama bahwa eksistensi KST Papua selama ini terdapat dukungan dari pihak-pihak tertentu. Salah satu perhatian tersebut muncul dari pernyataan Kapolda Papua, Irjen Marhius D Fakhiri yang dalam beberapa waktu terakhir ini menyebut terdapat pejabar yang diduga turut mendanai keberadaan KST Papua. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya kegiatan penangkapan oleh Satgas Operasi Damai Cartenz 2023 terhadap Kepala Distrik Kenyam Kabupaten Nduga, Papua berinisial MM (37 tahun) yang diduga ikut mendanai keberadaan KST Papua pada akhir April 2023 lalu. Kapolda Papua memastikan bahwa pihak aparat keamanan tidak akan berhenti karena selain MM, masih terdapat pejabat daerah lain yang terindikasi melakukan hal yang sama dan akan terus dikembangkan penyidikannya. Menurutnya, pergerakan KST Papua tidak bisa dihentikan selama para pendukungnya, terutama pejabat daerah yang memberi dukungan anggaran, belum ditindak.
Dukungan Terhadap Insiden Penyanderaan Pilot Adalah Sebuah Kemunafikan
Adanya dukungan yang mengatasnamakan masyarakat Papua yang berada di Papua Nugini jelas sebuah kontroversial. Besar kemungkinan orang tersebut merupakan bagian dari KST Papua. Jika kita perhatikan, selama ini penanganan yang dilakukan aparat keamanan pemerintah Indonesia lebih bersikap defensif. Pertimbangan kemanusiaan demi menghindari timbulnya korban selalu menjadi hal yang diutamakan. Berbeda dengan yang dilakukan olen TPNPB OPM. Misi mereka untuk meraih kemerdekaan Papua selalu tak luput dari aksi-aksi penyerangan yang kerap menimbulkan korban, baik dari warga sipil maupun aparat. Berdasarkan data dari Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo bahwa sepanjang tahun 2022 telah terjadi 10 aksi yang dilakukan kelompok separatis di Papua. Aksi teror tersebut telah mengakibatkan jatuhnya 104 korban, diman 52 korban meninggal dunia dan 52 terluka.
Munculnya tuduhan bahwa aparat Indonesia menggunakan penyanderaan pilot Susi Air sebagai alasan untuk menyerang warga Papua jelas tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pemerintah Indonesia telah menegaskan bahwa tindakan aparat keamanan di Papua bertujuan untuk menjaga keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut serta menindak kelompok-kelompok separatis yang melakukan tindakan kekerasan dan terorisme. Selain itu, serangan terhadap warga sipil di Papua telah dikutuk oleh pihak-pihak internasional, termasuk PBB dan organisasi HAM. Oleh karena itu, tuduhan bahwa aparat Indonesia menggunakan penyanderaan pilot Susi Air sebagai alasan untuk menyerang warga Papua tidak memiliki dasar yang kuat dan dapat memicu ketidakharmonisan di antara masyarakat. Namun bisa jadi memang itu tujuan yang ingin dilancarkan pihak TPNPB OPM. Yakni terciptanya hubungan yang tak harmonis antara aparat keamanan dan warga sipil Papua. Sudah pasti tujuan yang ingin diraih adalah beralihnya sikap masyarakat untuk kemudian mendukung TPNPB OPM agar wilayah Papua lepas dari Indonesia.
Jalan Panjang Upaya Pembebasan Pilot Susi Air
Bukan kali ini saja kontra propaganda dari pihak TPNPB OPM terhadap upaya pemerintah untuk membebaskan sang pilot. Rupanya, TPNPB OPM pimpinan Egianus Kogoya terus memanfaatkan adanya penyanderaan tersebut untuk menahan pergerakan aparat agar tak semakin mempersempit ruang gerak mereka. Untuk diketahui bahwa sebelumnya, pihak aparat telah memperluas wilayah pencarian pilot. Munculnya pernyataan dari juru bicara TPNPB OPM, Sebby Sambom dalam rangka mewakili Egianus Kogoya bisa diindikasi merupakan bentuk ketersudutannya setelah sebelumnya diserang oleh aparat gabungan hingga mengakibatkan korban jiwa. Hal yang memang diwaspadai adalah sikap emosional mereka yang mudah bersikap adu balas ketika terjadi penyerangan. Kejadian penembakan terhadap aparat yang sedang mengamankan sholat tawarih di Distrik Ilu Kabupaten Puncak Jaya beberapa waktu lalu diindikasi merupakan balasan atas penembakan yang dilakukan aparat saat pengejaran pelaku penembakan tukang ojek sebelumnya.
Dalam sebuah wawancara kepada awak media, Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono pernah menjelaskan mengapa hingga kini sang pilot belum bisa dibebaskan padahal tak kurang dari pasukan dan peralatan yang dimilikinya untuk menyerbu seorang Egianus Kogoya dan gerombolannya. Disampaikan bahwa pihaknya tak bisa bertindak gegabah. Sebab, tak ingin Kapten Philip dan warga Papua disekitar menjadi korban. Seperti yang kita ketahui bahwa kelompok separatis kerap menggunakan warga sipil Papua sebagai tameng, termasuk belakangan juga menggunakan sang pilot untuk mengancam aparat agar tidak menyerbu basis-basis TPNPB OPM.
Belajar dari Sejumlah Pengalaman dalam Negosiasi Damai
Merunut pada kejadian negosiasi yang pernah dilakukan pemerintah Indonesia terhadap kelompok separatis. Diketahui bahwa mayoritas proses tersebut berakhir dengan keberhasilan. Namun tak bisa menampik bahwa dari sekian proses negosiasi pernah terjadi sejumlah kegagalan yang bahkan menimbulkan korban jiwa. Indonesia memiiki pengalaman orang-orang mumpuni seperti mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang terlibat langsung bernegosiasi damai antara Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 2005. Kemudian juga terdapat mediator atau negosiator ulung seperti Farid Husain, yang menjadi salah satu anggota delegasi pemerintah Indonesia dalam perundingan dengan GAM di Helsinki.
Dalam konteks masalah Papua, hal yang hampir serupa pernah terjadi yakni pengalaman saat pembebasan sandera Mapenduma pada tahun 1996, tepat di wilayah yang sama dengan kejadian penyanderaan pilot Susi Air. Saat itu bahkan tidak terdapat mediator untuk bernegosiasi, yang ada hanya operasi militer sehingga berdampak menimbulkan sejumlah korban jiwa termasuk yang disandera. Peristiwa tersebut selanjutnya menjadi pelajaran penting bagi pemerintah Indonesia untuk lebih berhati-hati serta tidak gegabah dalam melakukan operasi pembebasan pilot Susi Air.
Adanya permintaan dari TPNPB OPM melalui Komnas HAM agar terdapat negosiasi memang secara umum dinilai sebagai sebuah kemajuan daripada kondisi sebelumnya. Namun, sekali lagi perlu dicermati bahwa belajar dari sejumlah pengalaman terutama insiden Mapenduma. Pemerintah melalui aparat keamanan harus benar-benar memastikan bahwa adanya perundingan damai tersebut akan berakhir dengan hal yang terbaik serta tak menimbulkan korban sama sekali dari pihak manapun. Disamping itu, pemerintah juga harus mewaspadai adanya manuver yang dilakukan oleh para simpatisan KST Papua, termasuk adanya isu klaim dukungan dari masyarakat Papua yang tinggal di Papua Nugini terhadap insiden penyanderaan pilot Susi Air. Bisa dipastikan bahwa hal tersebut merupakan hoaks.
Agus Kosek
(Pemerhati Masalah Papua)