nusaraya.online – Pemekaran wilayah Papua akan segera terbentuk melalui kemunculan tiga provinsi baru di bagian selatan, tengah dan pegunungan tengah. Regulasi rencana penambahan provinsi tersebut telah termuat dalam Rancangan Undang-undang (RUU) yang telah disahkan oleh Badan Legislasi (Baleg) DPR RI pada rapat pleno yang dilaksanakan Rabu (6/4/2022), dimana seluruh fraksi sepakat mengenai pembentuknan tiga provinsi tersebut.
Berdasarkan cakupannya, ketiga provinsi baru nantinya terdiri dari, pertama Provinsi Papua Selatan yang disebut dengan nama Ha Anim, dengan ibu kota provinsi yang terletak di Merauke. Wilayah Papua Selatan akan mencakup 4 kabupaten, yakni kabupaten Merakue, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, dan Kabupaten Bove Digoel. Kemudian kedua, Provinsi Papua Tengah dengan nama Meepago, ibu kota di Timika. Wilayah ini memiliki 6 kabupaten, yakni: Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya, dan Kabupaten Puncak. Serta ketiga, Provinsi Papua Pegunungan Tengah disebut Lapago, beribukota di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Lapago menjadi provinsi baru dengan jumlah kabupaten paling banyak, yakni Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Nduga, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Yahukimo, dan Kabupaten Yalimo. Dengan adanya pemekaran wilayah tersebut, nantinya Indonesia bakal memiliki 37 provinsi.
Tiga RUU pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Papua menjadi RUU prioritas, setelah melewati tahapan harmonisasi oleh Panja di Baleg DPR bersama dengan pengusul RUU, yakni komisi II DPR. Pemekaran tiga provinsi di Papua nantinya juga harus memperhatikan aspirasi masyarakat setempat sebagai upaya mempercepat pembangunan, meningkatkan pelayanan publik, dan kesejahteraan masyarakat, serta mengangkat harkat dan martabat masyarakat Papua.
Profil 3 Provinsi Baru di Papua
Dikutip dari situs resmi Pemerintah Provinsi Papua, ketiga provinsi baru tersebut memiliki kondisi wilayah dan potensi daerah yang variatif. Di Papua Tengah (disebut Mee Pago) dengan Timika sebagai ibu kota, penduduk yang hidup dalam wilayah suku Mee Pago hampir seluruhnya berasal dari suku yang sama, yaitu Suku Mee, yang mendiami di kawasan pegunungan tengah, di bagian barat. Suku Mee salah satu dari lima suku pegunungan tengah Papua yaitu Damal, Dani, Moni, Nduga dan Mee mendiami kabupaten Puncak Jaya, Jayawijaya dan Paniai. Ciri khas wilayah suku Mee adalah mereka hidup di sekitar danau Paniai, danau Tage, Danau Tigi, Lembah Kamu (sekarang Dogiyai) dan pegunungan Mapiha/ Mapisa.
Suku Mee memusatkan sistem pencaharian pada bertani dan beternak. Namun mereka juga masih melakukan kegiatan lainnya seperti di bidang perikanan dan perdagangan. Tapi tetap saja orang-orang Mee lebih mengutamakan berladang atau bertani. Pemerintah Provinsi menetapkan kopi dan ubi jalar sebagai komoditas unggulan untuk kabupaten Dogiyai dan Paniai. Jeruk, peternakan babi dan padi sebagai komoditas unggulan kabupaten Nabire. Gaharu dikembangkan di Kabupaten Intan Jaya. Sedangkan untuk kabupaten Mimika ditetapkan sebagai daerah pengembangan Tembaga dan tambang batu bara.
Pada sektor pariwisata, pemerintah provinsi menetapkan wilayah Mee Pago sebagai lokasi wisata relaksasi di Provinsi Papua. Kabupaten Dogiyai akan dijadikan lokasi wisata kopi, di mana akan diadakan festival kopi, wisata ke pabrik kopi, pelajaran muatan lokal kopi di salah satu sekolah hingga wisata ke museum kopi peninggalan belanda yang dikenal dengan sebutan pusat Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Perikanan dan Pariwisata (P5). Kabupaten Paniai akan mengembangkan wisata di danau paniai sekaligus wisatawan dapat menyaksikan langsung kehidupan masyarakat suku Mee yang mendiami danau paniai dan sekitarnya. Sementara itu, kabupaten intan jaya akan mengembangkan wisata tracking untuk melihat sungai garam yang terletak sekitar 2200-3500 DPL.
Masyarakat di Kabupaten Deiyai banyak mengembangkan peternakan babi sehingga pemerintah Provinsi Papua mendorong kabupaten Deiyai sebagai salah satu daerah pusat pengembangan babi yang disertai penyiapan industri pengolahan daging babi mulai dari pusat pemotongan babi hingga industri pengolahan untuk dijadikan sosis, kornet dan pengolahan industri lainnya. Hasil dari industri tersebut akan didorong menjadi ekspor ke luar negeri seperti ke New Zealand, Australia dan ke Negara Pacific lainnya.
Untuk sektor pertanian, wilayah Mee Pago mempunyai potensi yang cukup besar yang belum dimanfaatkan dengan maksimal. Di kabupaten Paniai tersedia potensi lahan seluas 254.239 Ha lahan yang baru di manfaatkan sebanyak 0,49%, di kabupaten Nabire baru dimanfaatkan 4,32% lahan dari potensi lahan seluas 131.460 Ha. Sementara di Kabupaten Mimika tersedia lahan sebesar 159.987 Ha yang baru dimanfaatkan sebesar 0,44%.
Kemudian untuk Papua Pegunungan Tengah (disebut La Pago) dengan ibu kota di Wamena Kabupaten Jayawijaya. Secara umum, kabupaten yang ada di wilayah La Pago adalah kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten induk yaitu Kabupaten Jayawijaya. Wilayah La Pago membawahi kurang lebih 19 Suku seperti Dani, Dem, Ndugwa, Ngalik, Ngalum, Nimbora, Pesekhem, Pyu, Una, Uria, Himanggona, Karfasia, Korapan, Kupel, Timorini,Wanam, Biksi, Momuna, Murop, Sela Sarmi.
Sebagai kabupaten yang berasal dari induk yang sama, maka secara umum kabupaten yang ada di wilayah La Pago ini mempunyai topologi yang sama. Pegunungan Tengah (Central Ranges) Papua merupakan jalur pegunungan lipatan dan sesar paling tinggi di Indonesia dengan gunung-gunungnya menjadi puncak-puncak tertinggi di Indonesia, yaitu: Puncak Jaya 5030 mdpl, Puncak Trikora 4730 mdpl, Puncak Yamin 4595 mdpl, dan Puncak Mandala 4700 mdpl. Puncak Jaya (Carstensz Pyramid) adalah puncak tertinggi di Indonesia, yang bersalju abadi karena ketinggiannya di atas tropical snowline 5000 mdpl.
Sungai terbesarnya adalah Sungai Membramo yang memiliki anak sungai Taiku dan Taritatu. Sungai-sungai ini memiliki air yang merupakan campuran antara air tanah dan air hasil pencairan es (gelster). Di antara pegunungan di utara dan pegunungan di selatan terdapat lembah yang sangat luas, yang biasa disebut Lembah Baliem.
Sebagai kawasan yang berada di daerah pengunungan, maka wilayah La Pago ini mempunyai beberapa komoditas unggulan yang didorong pengembangannya oleh Pemerintah Provinsi seperti Kopi, Ubi Jalar, Buah Merah, Bawang, Gaharu, Karet, Nanas, Jeruk dan sayuran dataran tinggi.
Pemerintah Provinsi Papua memberikan dukungan Pengembangan Komoditas Unggulan Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE) La Pago seperti Industri Pengolahan Kopi, Pengembangan Buah Merah dan produk turunannya. Pengembangan Pangan (ketela/ubi), energi. Pengembangan ternak makanan olahan berbahan baku daging. Untuk sektor Pariwisata, kawasan La Pago menawarkan wisata alam seperti pemandangan berbagai tipe ekosistem, keanekaragaman hayati flora/fauna. Wisata budaya seperti arsitektur rumah tinggal/ kampung dengan aksesorisnya, tarian khas suku, upacara adat, etnobotani (kearifan budaya lokal dalam memanfaatkan tanaman).
Salah satu unggulan sektor Pariwisata dari wilayah adat ini adalah Festival Lembah Baliem dan Jayawijaya Peaks yang dilaksanakan setiap tahun dan telah masuk ke dalam agenda kalender wisata tahunan.
Sedangkan di Papua Selatan (disebut Anim Ha) dengan ibu kota di Merauke, disebut sebagai wilayah terluas sekaligus kawasan terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Daerah ini merupakan dataran rendah bersavana dengan floranya yang mirip flora benua Australia dan dataran berawa-rawa yang ditumbuhi pohon sagu di sungai-sungai. Jumlah populasinya sekitar 5.000-7.000 jiwa.
Pemerintah Provinsi Papua menetapkan daerah pengembangan wilayah Anim Ha sebagai pusat pengembangan pangan melalui Pengembangan Kawasan Pangan Merauke (PKPM). Disamping itu kawasan Anim Ha ini juga dijadikan pusat pengembangan perkebunan untuk tanaman tebu, karet dan sawit, pengembangan perikanan di Merauke dan Asmat, pengembangan peternakan sapi di Merauke, serta pengembangan wisata budaya Asmat, sejarah Boven Digoel, dan keanekaragaman hayati Merauke.
Sesuai dengan data tahun 2015 dari Badan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Provinsi Papua, Lahan untuk perkebunan di Kabupaten Merauke tersedia seluas 1.434.750 hektar yang baru dimanfaatkan 0,68% atau 9.768 hektar. Sedangkan di Boven Digoel lahan yang tersedia seluas 618.200 hektar yang baru dimanfaatkan baru 3% atau 18.541 hektar. Lalu di Kabupaten Mappi, baru memanfaatkan lahan seluas 5.069 hektar atau 0,86% dari lahan seluas 591.767 hektar yang tersedia. Terakhir di Kabupaten Asmat, dimana lahan yang tersedia seluas 168.730 hektar dan baru dimanfaatkan seluas 50 hektar atau 0,03%.
Tujuan Pemekaran Wilayah
Meski sejumlah pro kontra menyelimuti proses pemekaran wilayah di Papua, terdapat tujuan dan upaya pemerintah untuk membangun wilayah Papua melalui pemekaran. Bahwa percepatan pembangunan di Papua harus dimulai dari segala aspek, baik ekonomi, infrastruktur, sosial, budaya, hingga politik yang dapat dilakukan dengan memperpendek rentang kendali implementasi dari kebijakan yang dilakukan pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian pernah menyatakan bahwa spirit pemekaran Papua adalah karena luasnya wilayah dan perlu adanya percepatan pembangunan di tanah Papua. Akar utama masalah gangguan keamanan di Papua adalah masalah ekonomi, masalah kemiskinan dan lain-lain, sehingga pemekaran menjadi salah satu upaya untuk mempercepat pembangunan dan mempermudah birokrasi.
Secara umum, pemekaran wilayah Papua memang merupakan suatu keharusan karena sejumlah alasan. Dari segi politik, pembagian Provinsi Papua menjadi tiga wilayah Provinsi memberikan kesempatan kepada tiga putera terbaik Papua untuk menjadi gubernur. Dari segi ekonomi, ketiga wilayah tersebut mempunyai potensi sumber alam yang sama, yakni pertambangan. Serta, dari aspek sosial budaya, pembinaan dan pengembangan budaya serta adat-istiadat akan lebih efektif dilakukan. Pelayanan-pelayanan sosial seperti Pendidikan dan agama, sarana dan prasarananya dapat diperbaiki.
Agus Kosek
(Pemerhati Masalah Papua)