Jakarta – Penanganan Covid-19 di Indonesia dinilai sukses menekan angka Covid-19 dan berdampak pada pemulihan di sektor ekonomi baik skala mikro maupun nasional. Namun, di tengah pandemi Covid-19 ada seruan umat Islam untuk mengikuti Reuni 212.
Menanggapi hal tersebut, pro dan kontra wacana reuni Persatuan Alumni (PA) 212 semakin santer terdengar di ranah publik.
Sebab, dikhawatirkan akan membuat angka Covid-19 kembali naik dan berdampak pada pedagang kecil dan menengah serta kegiatan sosial dan keagamaan. Sejumlah tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh masyarakat, bahkan pedagang ikan di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara ramai-ramai menolak Reuni 212
Penolakan aksi reuni 212 di Jakarta pada awal Desember mendatang juga muncul di Surabaya. Sejumlah spanduk penolakan terpasang di sejumlah lokasi di Kota Pahlawan tersebut.
“Kami khawatir aksi yang dilakukan dimanfaatkan oleh organisasi dilarang pemerintah. Penolakan terhadap reuni 212 di Jakarta sangat penting bagi keutuhan NKRI, keselamatan bangsa, dan persatuan bangsa,” tutur Ketua Gerakan Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) AR Waluyo Wasis Nugroho,
Hal senada juga diungkapkan Eks politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menilai bahwa Reuni 212 tersebut tidak jelas substansinya dan hanya akan memicu adanya klaster baru Covid- 19 di Jakarta.
“Reuni 212 Tidak Jelas Substansinya, Hanya Akan Berpotensi Memicu Covid Di Jakarta,” ujarnya
Lebih lanjut dia menegaskan bahwa kegiatan tersebut harus dibatalkan demi kebaikan Jakarta dan dilarang merecok di negara ini.
“Batalkan Dan Jangan Recok Kalian Di Republik Ini..!!” pungkasnya